PRODUKSI DAN PROYEKSI KEUANGAN
Produksi
adalah suatu kegiatan untuk membuat barang/jasa yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. Dikatakan produksi saat mengolah bahan mentah menjadi
bahan setengah jadi atau mengolah bahan setengah jadi menjadi bahan jadi.
Misalnya, seorang penjahit mengolah kain menjadi pakaian yang siap dipakai,
atau pabrik roti mengolah beberapa bahan baku untuk menjadi roti yang siap
dimakan. Proses produksi merupakan salah satu tahapan penting dalam sebuah
usaha yang harus direncanakan dan dipikirkan dengan matang karena berkaitan dengan
biaya yang dikeluarkan dan kualitas barang / jasa yang dihasilkan. Sebelum
melakukan produksi, pastikan biaya produksi harus dihitung dengan benar agar
pengusaha tidak mengalami kerugian.
SUMBER DAYA
UTAMA, MODAL AWAL, DAN ALUR PRODUKSI
Dalam
memproduksi suatu barang atau jasa, mengetahui sumber daya utama dan alur
proses produksi merupakan hal yang penting. Dalam memulai sebuah usaha, sumber
daya utama dibagi menjadi dua, yaitu peralatan-peralatan yang digunakan untuk
mendukung terciptanya suatu produk dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
proses produksi. Berikut ini akan dibahas satu per satu peralatan, bahan baku,
dan alur proses produksi :
1. Peralatan yang digunakan
Dalam membuat
suatu produk pasti dibutuhkan alat-alat untuk mendukung proses produksi. Contoh
untuk produksi jahitan, maka dibutuhkan mesin jahit, benang, gunting,
penggaris, dan sebagainya. Jika membuat kue, maka membutuhkan kompor, wajan,
panci, dan lain sebagainya. Nah, untuk membantu proses produksi barang yang
akan dibuat, tuliskan di bawah ini, alat apa saja yang akan diperlukan untuk
digunakan dalam proses pembuatan produksi sebuah usaha agar bisa berjalan
dengan lancar. Pastikan alat yang digunakan telah tersedia dan dalam kondisi
bersih, layak pakai, tidak rusak, dan tidak menyebabkan kecelakaan.
Selain
mengeluarkan biaya untuk pengadaan peralatan, terdapat juga beberapa biaya -
biaya yang harus dikeluarkan pada awal suatu usaha agar dapat memulai usaha
dengan lancar :
a. Biaya promosi awal
b. Biaya sewa tempat ( jika dibayar dimuka dalam jangka waktu
tertentu, maka biaya sewa tempat dimasukkan ke dalam rincian biaya di atas,
tetapi jika dibayar tiap bulan, biaya sewa tempat masuk ke biaya operasional
bulanan)
c. Biaya resiko. Jumlah uang yang disediakan sebagai uang jaga-jaga
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti produk basi, tidak terjual,
tepung tumpah, telur pecah, dll.
d. Uang untuk membeli membeli bahan baku awal produk
Sehingga, total modal awal yang
dibutuhkan saat memulai usaha, yaitu: Biaya untuk membeli peralatan (a) =
650.000 Biaya lainnya (b) = 720.000 Total (a) + (b) = Rp. 1.370.000
2. Memahami dengan pasti alur proses
produksi
Untuk
memastikan barang atau jasa yang diproduksi memiliki kualitas yang baik,
pengusaha harus memahami setiap tahap dalam produksi yang dilakukan. Isilah
kotak di bawah ini untuk memastikan bahwa kita mengetahui langkah-langkah dalam
membuat produk, mulai dari saat menyiapkan bahan baku hingga barang siap untuk
dijual.
Berikut adalah contoh proses
produksi keripik bayam. Jumlah langkah produksi bisa berbeda-beda, tergantung
dari proses produksi yang akan dilakukan.
Dengan
menuliskan alur produksi di atas, akan membantu pengusaha untuk memastikan
bahwa proses produksi sudah dilaksanakan dengan benar dari awal hingga akhir,
tidak ada tahapan yang terlewat, sehingga kualitas produk yang dihasilkan akan
selalu sama dan terjaga.
BIAYA PRODUKSI
Merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk yang akan dijual. Biaya produksi
merupakan biaya tidak tetap, karena besar kecilnya biaya tergantung dari
sedikit/banyaknya jumlah produk yang akan dibuat. Jika yang dibuat banyak maka
biayanya akan besar, tetapi jika yang dibuat hanya sedikit maka biayanya juga
hanya sedikit. Dalam menghitung biaya produksi, ada 3 hal yang harus
diperhitungkan, yaitu:
a. Biaya Bahan Baku Langsung (BBBL) yaitu bahan baku utama yang
diguanakan dalam prosuksi yang tidak bisa digantikan dengan bahan lain.
Misalnya, untuk membuat pisang goreng, yang termasuk BBBL adalah pisang,
tepung, telur, air, dan lainnya.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) yaitu biaya untuk membayar
orang yang melakukan proses pembuatan produk.
c. Biaya Pendukung yaitu semua biaya yang mendukung dalam proses
produksi namun diluar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya yang termasuk disini sebagai pelengkap atau atau pendukung saja. Biasanya
yang termasuk biaya pendukung seperti biaya kemasan, dan sebagainya.
Jika 3 biaya –
biaya di atas dijumlahkan, maka total 3 biaya tersebut disebut Harga Pokok
Penjualan atau biasa disingkat HPP. Berikut merupakan cara mudah untuk
menghitung harga pokok penjualan dengan contoh produk keripik bayam.
Untuk
mempermudah pengusaha menentukan biaya produksi (Harga Pokok Penjualan),
silahkan gunakan tabel biaya produksi dibawah ini:
Setelah
dihitung HPPnya, tahap berikutnya adalah mencari HPP per produk/unit/bungkus.
Caranya mudah, HPP yang telah dihitung diatas, dibagi dengan jumlah produk yang
dihasilkan. Berikut ini contoh tabel sederhana yang bisa digunakan untuk
menghitung HPP dengan contoh produk keripik bayam.
Dari
perhitungan di atas, bisa dilihat dengan biaya produksi sebesar Rp. 60.000
menghasilkan 5 bungkus keripik bayam, maka HPP per bungkus didapati dari HPP
yaitu Rp. 60.000 dibagi jumlah produk yang dihasilkan yaitu 5 bungkus sehingga
diketahui HPP per bungkus adalah Rp. 12.000. Artinya, Rp. 12.000 itu adalah
biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu bungkus keripik bayam.
MENETAPKAN
HARGA JUAL
PERKIRAAN
PERHITUNGAN BIAYA OPERASIONAL
Selain biaya
produksi, dalam melakukan suatu usaha ada biaya lain yang dikeluarkan oleh
seorang pengusaha, yaitu biaya operasional. Jika biaya produksi termasuk biaya
tidak tetap, maka biaya operasional termasuk biaya tetap. Dikatakan biaya tetap
karena biaya yang dikeluarkan jumlahnya relatif tetap setiap bulannya. Yang
dimaksud biaya operasional (biaya tetap) adalah biaya yang dikeluarkan setiap
bulan untuk mendukung berjalannya suatu usaha, seperti biaya listrik, biaya
air, biaya pegawai ( jika ada), biaya promosi, dan lain-lain. Berikut ini
adalah perkiraan biaya operasioal yang mungkin dikeluarkan untuk mendukung
berjalannya suatu usaha.
PERHITUNGAN
UNTUK MENUTUP BIAYA OPERASIONAL
Biaya
operasional sangat dimungkinkan keluar setiap bulan untuk mendukung jalannya
suatu usaha. Jumlah biaya operasional bersifat tetap dan tidak tergantung dari
jumlah produk yang terjual. Contoh biaya sewa tempat Rp. 100.000 jika keripik
bayam terjual 100 bungkus per bulan, biaya sewa tempat Rp. 100.000, jika keripik
bayam terjual 500 bungkus per bulan, biaya sewa tempat juga Rp. 100.000. Agar
pengusaha tidak rugi, maka ada jumlah minimal yang harus terjual setiap
bulannya agar bisa menutup biaya operasional, istilahnya Break Even Point
(BEP). Break Even Point (BEP) adalah kondisi pengusaha tidak mengalami
kerugian, tapi juga belum mendapatkan keuntungan. Berapa yang harus dijual
setiap bulannya agar pengusaha tidak rugi? Berikut ini cara menghitungnya :
Jika biaya
operasional setiap bulannya adalah Rp. 750.000, dengan menggunakan rumus di
atas, maka berikut ini adalah jumlah yang harus diproduksi dan dijual agar
tidak rugi:
Dengan biaya
operasional sebesar Rp. 750.000 per bulan, maka pengusaha harus menjual 250
bungkus setiap bulannya agar bisa menutup biaya operasional.
PERHITUNGAN
BALIK MODAL
Hampir mirip
dengan perhitungan untuk menutup biaya operasional, perhitungan balik modal ini
juga penting untuk dihitung agar bisa diketahui kapan modal seorang pengusaha
itu kembali. Dengan mengetahui kapan modal kembali, seorang pengusaha bisa
merencanakan pengembangan usahanya lebih lanjut. Rumus yang digunakan juga
relatif sama, hanya berbeda di bagian pembagi. Jika sebelumnya yang digunakan
sebagai pembagi adalah biaya operasional, maka dalam perhitungan balik modal,
pembaginya adalah biaya yang dikeluarkan sebagai modal awal saat akan memulai
usaha. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung berapa unit yang harus terjual
supaya modal awalnya kembali:
Jadi, misal
saat awal memulai usaha membutuhkan modal Rp. 2.000.000, dengan menggunakan
rumus di atas, maka pengusaha akan balik modal dalam :
Dengan modal
Rp. 2.000.000 maka pengusaha tersebut akan balik modal setelah menjual 667
bungkus keripik bayam. Sekarang, silahkan hitung perkiraan balik modal usaha
mu.
TARGET
PRODUKSI, PENJUALAN, DAN PERKIRAAN LABA KOTOR
Dalam
menjalankan suatu usaha, hendaknya seorang pengusaha mempunyai target produksi
dan penjualan agar semangat dan terarah dalam menjalankan usahanya. Berikut ini
adalah contoh perhitungan perkiraan pendapatan dalam 3 bulan :
Perkiraan
penjualan dan laba kotor sangat bisa berubah tergantung rencana dan target
masing-masing pengusaha. Setelah diketahui laba kotor dan biaya operasional
setiap bulan, maka pengusaha bisa mengetahui berapa laba bersih setiap
bulannya. Berikut perhitungan sederhananya:
Catatan: Selain dengan
menggunakan rumus balik modal sebelumnya, dari laba bersih juga bisa
diperhitungkan pada bulan ke berapa pengusaha akan balik modal
Dari
perhitungan di atas, bisa dilihat bahwa usaha tersebut akan balik modal di
bulan keempat.
SUMBER :
USAID JAPRI MODUL 2017
Komentar
Posting Komentar