Cerita Tentang Ayah Pt 2
Kembali lagi bersama Jills.
Kali ini aku akan menceritakan momen yang tak terlupakan bersama ayah. Sedikit perkenalan, ayahku bekerja sebagai seorang buruh pabrik yang tak pernah memarahi bahkan memukul anak-anaknya.
Cerita dimulai saat aku telah lulus SMA pada tahun 2018. Ayahku sangat inginaku mencoba kuliah di kedinasan dengan mengikuti serangkaian tes didalamnya. Pada saat itu pendaftaran gelombang pertama sudah full, jadi aku mendaftar gelombang 2. Para pejuang kuliah pasti tidak asing dengan Sipencatar Kementerian Perhubungan. Sesuai tebakan kalian, saat itu aku mengambil peminatan di Politeknik Perkeretaapian yang terdiri dari 4 tahapan tes. Tahapan tes yang pertama adalah tes akademik, yang dilanjut dengan tes psikotes, tes kesehatan, dan pantukhir. Kabar mengejutkan aku gagal untuk lanjut di tahap terakhir. Setiap tahapan tes aku melakukannya di Politeknik Perkapalan (Poltekpel) Surabaya. Sesuai dugaan kalian, ayahku lah yang mengantarku untuk mengikuti rangkaian tes tersebut di Surabaya. Kadang beliau mengganti jadwal kerja dengan temannya kadang juga beliau mengajukan cuti, dan jika beruntung kadang saat libur kerja beliau tak pernah absen untuk mengantarku mengikuti rangkaian tes. Selama tes berlangsung, beliau menungguku di masjid Poltekpel untuk beristirahat.
Pada saat aku melakukan tes kesehatan yang mana itu bertepatan dengan aku harus “boyong” untuk persiapan kuliahku di suatu universitas di Jawa Timur, dari rumah sepeda yang kami naiki sudah berisi perintilan yang tidak salah kuingat adalah 2 kardus air mineral kemasan gelas dan sebuah tas ransel. Di saat peserta tes diantar dengan menggunakan kendaraan roda empat atau bahkan bersama pasangan mereka, justru aku dengan sangat bangga di antar oleh ayahku. Aku tidak pernah malu dengan kondisi kami saat itu yang mana saat memasuki Poltekpel aku masih mengenakan jubah padahal dresscode yang digunakan untuk tes adalah atasan putih, bawahan hitam, kerudung hitam, dan sepatu fantofel. Aku dengan innocent datang dengan mengenakan jubah hitam dan tak pelak kedatanganku di lihat peserta lain dengan berbagai jenis tatapan.
Momen kedua yang tak pernah aku lupakan bersama ayah adalah saat mengantarku untuk mengikuti tes SBMPTN di ITS Surabaya kami datang tepat ketika tes dimulai sehingga ayah menurunkanku di depan tempat tes. Kami mengendarai sepeda motor saat itu di saat peserta sbmptn yang lain diantar orang tua nya menggunakan mobil. Sempat berpikir “apa ayah pernah insecure ya lihat orang tua peserta lain?”. Dan pertanyaan itu pun terjawab saat kami di perjalanan pulang, beliau berkata “Nduk, gak papa ya kita naik sepeda motor kan enak tuh yang lain pada macet-macetan kita bisa salip kanan, salip kiri jadi bisa cepet sampe rumah”. Di perjalanan pulang pun beliau juga menceritakan tentang orang tua peserta sbmptn yang sempat berbicara dengannya. Hingga tiba di rumah beliau dengan semangat menceritakan apa saja yang dilaluinya saat sedang menungguku tes.
Momen ketiga yang juga nggak akan pernah ku lupakan adalah ayahku lah yang selalu mengantarku ke kampus saat bimbingan skripsi dan menjemputku pulang saat libur semester tiba. Di perjalanan pun kami kadang kala tersesat karena ke-pede an ayah terhadap jalanan di Surbaya. Tidak pernah sekalipun beliau tidak menawarkan diri untuk mengantarku ke kampus tempatku kuliah saat ini. Kami pun pernah nyasar dua kali saat di perjalanan pulang menuju ke rumah karena ke- pede an ayah terhadap jalanan di Surabaya. Pernah sekali saat aku hendak ujian beliau tidak bisa mengantarku ke kampus bahkan ke kos karena sedang tidak enak badan. Malamnya beliau mendatangi kamarku dan berkata “Maaf ya, ayah gabisa ngantar besok ke kampus. Ayah gak enak badan soalnya. Toh mbak juga udah hafal jalan ke kampus kan.”
Pernah aku mendapat pertanyaan dari teman ku “Kenapa sih kemana-mana minta di anter ayah mulu. Ngrepotin aja jadi anak.” Mungkin pembaca juga berpikiran sama seperti temanku itu. Its okay, but Bro, you dont know anything about my father. Di saat kamu bahkan orang lain yang seusia ku keman-mana bersama pasangan kalian dan aku bersama ayahku tidak salah bukan. Kalian dengan bangga memamerkan hang out bersama pasangan atau pacar kalian, aku dengan bangga menunjukkan bukti cinta seorang ayah kepada putri nya. Aku tau di luar sana banyak sekali seorang anak yang merindukan kasih sayang ayahnya, ingin bersama ayahnya, dan ingin dekat dengan ayahnya meskipun banyak keterbatasan yang ada entah sang ayah sudah meninggal atau sibuk bekerja atau bahkan ayahnya sudah berpisah dengan sang ibu. Harusnya kamu bahkan kita sadar akan keadaan yang bisa kita syukuri apapun itu, jangan sembarang menjudge orang lain karena kamu iri dengan mereka. Aku bersyukur untuk itu dan aku pun tidak ada niatan untuk membalas perkataan mu. Pesanku untuk mu dan semua orang khususnya pembaca adalah jangan pernah menghakimi keadaan orang lain di saat keadaan mu bahkan tidak lebih baik dari orang yang sedang kau hakimi.
Pesan manis untuk ayahku, semoga sehat selalu, barokah rizki dan rezeki nya, di beri umur yang barokah, dan doa yang tentunya baik untuk ayah namun tak dapat ku tuliskan di sini. Dan tak lupa untuk mengurangi ke-pede an ayah terhadap jalanan di kota manapun karena gmaps dan ayah selalu bertolak belakang TT.
(Jills
Komentar
Posting Komentar